Mungkin
seseorang sedang mencari sesuatu/seseorang yang "tepat" menurut
perasaan hatinya, namun bukan sesuatu yang tepat menurut pandangan
Allah. Ketika anda senantiasa menuntut untuk menemukan sesuatu ataupun
seseorang yang sempurna dalam pandanganmu, maka engkau tak akan pernah
menemukannya. Sebab sebaik apapun seseorang, tentulah mengandung suatu
cela yang mungkin tak engkau sukai. Dalam hal itu,
engkau menempatkan dirimu sebagai penilai atau pengukur orang lain,
maka selamanya engkau berada dalam maqom "tukang ukur" orang.
Padahal yang engkau butuhkan dalam hidupmu dan segenap perjalanan
spiritualitasmu adalah mengukur dirimu sendiri, bukan mengukur orang
lain.
Saya memahami banyak orang2 yg berpendidikan tinggi
secara akademis, kemudian menjadi "tertutup" hati, karena sistem
pendidikan membuat seseorang dikuasai oleh "logika", saya sangat
mengerti hal itu, sbb saya pun sama2 mengenyam pendidikan tinggi dan
mengerti seluk beluknya. Pendidikan dalam satu sisi bisa meningkatkan
kecerdasan, namun disisi yang lain bisa membuat "merasa tahu" atau
merasa pandai. Itulah sebabnya kutinggalkan semua buku2, dan mulai
"belajar bodoh", ternyata jauh lebih sulit dibanding "belajar pintar",
lebih sulit dibandingkan untuk meraih gelar sarjana teknik bagiku.
Logika itu bisa menjadi TUHAN sesembahan orang....... wujudnya adalah
"merasa tahu"......Padahal logika masih berada dalam alam fikir atau
alam angan-angan belaka, meski seindah apapun.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar