Jumat, 15 Agustus 2014

Engkau tak akan pernah memahami hakekat yang pelik dari ilmu Allah jika mengandalkan akal

Engkau tak akan pernah memahami hakekat yang pelik dari ilmu Allah jika mengandalkan akal. Akal memang sarana untuk tafakur, namun kapasitasnya hanya sampai titik tertentu, ibarat kendaraan, akal adalah kendaraan dalam tarekat/jalan itu, sampai disuatu titik maka mesti ganti kendaraan yang lebih dalam lagi. Jika engkau selalu mengandalkan akal, engkau pasti gagal, sebab akal masih terkurung hukum alam dan sebab akibat. Dalam perjalanan selanjutnya engkau mesti menyambungnya menggunakan hati (perasaanmu) (hakekat), itupun adalah tunggangan sementara, sebab perasaan selalu cendrung plin-plan dan gampang terpengaruh, dan terkurung "tabiat2" dasar dari penciptaan qolbu, yaitu mudah goyah, mudah ragu, terkurung rasa kasihan, terkurung berbagai "nilai2 perasaan" hati. dalam perjalanan selanjutnya engkau mesti menggunakan rasa yang terdalammu, yaitu rahsanya rahsa (makrifat), yaitu lapisan2 rasa, mulai yang dangkal sampai yang terdalam, tak perlu lagi "menimbang" suatu tindakan, berdasarkan akal (sebab akibat), dan tak perlu lagi menimbangnya dgn "perasaan hati", terpengaruh rasa kasihan dsb...... ketika rahsa terasa menghendaki suatu tindakan, langsung lakukan, tanpa pertimbangan akal dan hati (perasaan).......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar