==========================
Sunan Kalijaga: “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”
Syekh Majagung: “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”
Syekh Maghribi: “Allah itu meliputi segala sesuatu.”
Syekh Bentong: “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”
Sunan Bonang: , “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”
Sunan Kudus: “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”
Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”
Syekh Siti Jenar: “Allah itu adalah keadaanku. Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah”
Sunan Gunung Jati: “Allah itu adalah yang berwujud haq”
Fatwa Kehidupan ; "ALLAH adalah MBUH opo aku ora weruh........ (Allah adalah entah apa saya juga tidak tahu)"
==============================
Saya akan tunjukkan beda paling mendasar tentang pemahaman di atas.
Allah itu memiliki Dzat disatu sisi, dan memiliki sifat disisi yang lain. SifatNYA itulah yang menjadi makhluk. Perbedaan mendasar dari pemahaman para wali di atas adalah tentang "SUDUT PANDANG".
Sudut pandang yang pertama adalah yang memandang Allah sebagai Dzat belaka tanpa sifat. yaitu yang Laisa kamitslihi syaiun (tdk serupa dgn apapun). Atau memandang Allah sebagai Al-Batin saja. Sudut pandang ini yang umumnya dianut para wali dan orang2 syariat. spt ini contohnya: Sunan Bonang: , “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”
Sudut pandang kedua adalah memandang Allah sebagai satu kesatuan Dzat dan sifat secara sekaligus. yaitu DIA yang awal, DIA yang akhir, DIA yang Dzahir dan DIA yang batin. dengan memandang Allah sbg global kesatuan Dzat dan sifat maka ini akan melahirkan pemahaman "Laa maujudun illallah" (tidak ada yang mawujud selain Allah), maka lahir dan batin adalah Allah, nampak dan tidak nampak adalah Allah. ini adalah pemahaman syeh siti jenar/wahdatul wujud pd umumnya. Syekh Siti Jenar: “Allah itu adalah keadaanku. Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah”.... nampak bahwa syeh siti jenar mengatakan "tetap dzahir batin Allah".....
Sekarang engkau mengerti tentang beda sudut pandang itu, itulah yang menjadi pokok persoalan selisih faham kedua kubu wali. Kita akan bahas lebih lanjut tentang kedua sudut pandang itu.
Bagi orang yang memandang Allah sbg Dzat belaka, maka pemahaman syeh siti jenar mereka katakan "menjisimkan" Allah, atau menganggap Allah bersifat kebendaan, karena dzahir batin Allah, sdg dzahir itu berarti batang tubuhnya. maka pandangan syeh siti jenar mereka katakan sbg murtad, "KAFIR ZINDIQ"........
Bagi orang spt syeh siti jenar yang memandang Allah scr totalitas, yaitu kesatuan Dzat dan Sifat, maka baginya tdk ada yg mawujud kecuali Allah. baginya orang2 yang memandang Allah sebagai Dzat belaka (laisa kamitslihi syai'un), yang berpandangan "aku ya aku, Allah ya Allah, beda", mereka dikatakan "SYIRIK HAQIQI", yaitu menyekutukan Allah dengan "keakuannya sendiri"...... sbb pandangan bahwa "saya ya saya, Allah ya Allah" akan berakibat pada "pengaku-akuan diri"......
==============================
Kedua sudut pandang itu dalam hal dalil Qur'an jg sama2 memiliki dalil dan pegangan.
Yang jadi perbedaan itu adalah, Laisa kamitslihi syai'un (tdk serupa apapun) itu adalah Allah sbg Dzat belaka, atau sbg Al-Batin saja. Lalu apakah Allah hendak dipenggal dgn memandang dzat saja tanpa sifat, ataukah memandang dzat dan sifat sbg satu kesatuan utuh disebut Allah. maka disinilah pecahnya pemahaman para wali.
Dilematis, memandang Allah sbg Dzat belaka, akan melahirkan pemahaman "saya ya saya, Allah ya Allah, terpisah", timbulnya "keakuan", terakhir masuk jadi musryik haqiqi......
dilain sisi memandang Allah sbg kesatuan utuh Dzat dan sifat akan menghasilkan pemahaman, "Laa maujudun illallah (tdk ada yg mawujud selain Allah), dzahir dan batin adalah Allah, tdk ada lagi selainNYA", timbulnya adalah menjismkan Allah, sbb memandang dzahir diri sbg Allah, terakhir masuk jadi kafir ZINDIQ.......
==============================
Saya telah faham dilema ini...... kenapa pilihannya gak enak semua, jadi musyrik haqiqi apa jadi kafir zindiq......
==============================
Terakhir yah saya senyum kecil saja sendiri..... heuheuheu..... dan keluar dari semua pemahaman para wali di atas, mendirikan pemahaman sendiri....... saya menyatakan "ALLAH adalah MBUH opo aku ora weruh........ (Allah adalah entah apa saya juga tidak tahu)"......... heuheuheu...... skrng saya bebas dari semua tuduhan mengingat saya sudah tidak tahu, kamu2 yang merasa tahu, tinggal tunggu tanggal mainmu saja....... heuheuheu......

Tidak ada komentar:
Posting Komentar