Kemarin
siang pas di jalan sama kawan, mampir di warung buat makan siang, lalu
ada seorang pengemis yang mendekat dan minta uang, lalu saya keluarkan
uang pecahan 2 rb-an, saya kasihkan. Setelah itu karyawan/pemilik
warungnya menegur saya "jangan dikasih mas"...... saya jawab, "biarin
saja". mungkin karena pengemisnya bertubuh sehat dan bugar.
Bagi pemilik warung yang menegur saya, maka secara lahiriah
dia memandang saya sedang memberi seorang pengemis. bagi saya, dalam
hati saya mengatakan "saya sedang diberi" oleh pengemis. Pandangan
lahiriah dan batiniah itu berbeda prinsip dan arah. Secara lahiriahnya
saya "memberi", ini yang nampak dimata, sedang secara batiniahnya saya
sedang "diberi", karena pandangan batiniah itu yang saya ikuti, saya
segera menerima pemberian tersebut, jika pandangan lahiriah yang saya
ikuti, maka yg timbul adalah tidak bersegera memberi, pikar pikir dulu,
karena siapa memberi dan siapa yang diberi itu beda antara pandangan
lahiriah dan batiniah.
Sekarang saudara mungkin mengerti antara
pandangan lahiriah (syari'at) dan batiniah (hakekat) itu acapkali
saling terbalik........
hakekatnya saya tdklah memberi, namun
saya malah diberi oleh pengemis itu, karena tanpa ada yg "menerima",
maka saya tdk berkesempatan memperbuat suatu kebaikan kpd org lain
walaupun kebaikan kecil saja. Saya sedang diberi suatu kebaikan, maka
mesti segera mengambilnya

Singkat, padat, menampar👍🏼
BalasHapus